konspirasi.com,- "Amerika dan mayoritas negara Arab khususnya Qatar, Arab Saudi dan beberapa musuh Suriah yang lainlah yang sesungguhnya teroris dan membunuh banyak warga sipil di Suriah."
Menurut Kantor Berita ABNA, meskipun secara gencar media-media Barat dan Arab memberitakan kekalahan militer Suriah dari pihak pemberontak, namun kenyataan sebenarnya militer Suriah masih sepenuhnya memiliki kendali atas Negara itu. Bahkan laporan terbaru, kelompok pemberontak berhasil diusir dari wilayah Idlib, bagian utara Negara tersebut.
Diberitakan pula ketika kembali berhasil diambil alih dari tangan pemberontak, pihak keamanan Suriah mengeluarkan empat mayat warga dari saluran air di wilayah Ashirah. Dari keempat mayat tersebut ditemukan bekas luka sehingga diperkirakan keempatnya disiksa terlebih dahulu sebelum akhirnya dibunuh.
Pakar politik Suriah, Ibrahim Za'ir mengatakan tujuan pihak musuh menguasai Idlib adalah ingin mengulangi peristiwa di Benghazi, Libya di mana kawasan tersebut dijadikan pangkalan militer. Namun usaha pemberontak tersebut sia-sia sebab terlebih dahulu tewas oleh serangan pihak keamanan Suriah dan berhasil mengambil alih kembali wilayah tersebut.
Ibrahim lebih lanjut berkata, "Amerika dan mayoritas negara Arab khususnya Qatar, Arab Saudi dan beberapa musuh Suriah yang lainlah yang sesungguhnya teroris dan membunuh banyak warga sipil di Suriah."
Beliaupun menegaskan bahwa pemberitaan mengenai pasukan keamanan Suriah menembaki warga sipil adalah berita yang bohong belaka. "Pelaku-pelakunya sangat jelas, dan mereka sudah dikenal pasti berkeliaran di wilayah Karm Al-Zaytun dan Karm Al-Luz. Mereka mendapat perlengkapan persenjataan dari Qatar dan Saudi."
"Masyarakat Internasional sepatutnya tidak mendukung kelompok pemberontak dan aksi terorisme mereka. Untuk menghentikan konflik di Suriah, mereka hanya cukup dengan menghentikan dukungan berupa suplai dana dan persenjataan kepada kelompok-kelompok pemberontak." Tegasnya.
"Pihak musuh berkeinginan menguasai wilayah Idlib dan menjadikannya pangkalan militer sebagaimana yang terjadi di Benghazi, Libya, namun rencana tersebut tidak berhasil sebab kelompok-kelompok pemberontak yang aktif di Idlib dan Homs, khususnya di wilayah Baba 'Amru berhasil ditaklukkan pihak keamanan Suriah. Karenanya scenario di Libiya tidak terulang di Suriah." Lanjutnya.
Sementara itu, Nuruddin Al-'Abdu yang mengklaim dirinya sebagai anggota Pejabat Media Revolusi Idlib berkata, "Pertempuran di Idlib telah selesai sejak kemarin dan militer Suriah telah mundur dari wilayah tersebut."
Ia kemudian menambahkan, "Pasukan keamanan Suriah berhasil menyisir seluruh wilayah, dan melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah. Pihak pemberontak memilih mundur karena tidak berdaya menghadapi pasukan pemerintah."
Menurut media Suriah, kelompok pemberontak masih banyak bersembunyi di pusat kota dan utara Idlib meskipun wilayah tersebut berada dalam penguasaan sepenuhnya militer pemerintah. Menurut media yang lain disebutkan, puluhan pemberontak berhasil ditangkap pihak keamanan setelah sebelumnya berusaha melarikan diri dengan menyamar sebagai perempuan yang bercadar.(Konspirasi/Abna)
Menurut Kantor Berita ABNA, meskipun secara gencar media-media Barat dan Arab memberitakan kekalahan militer Suriah dari pihak pemberontak, namun kenyataan sebenarnya militer Suriah masih sepenuhnya memiliki kendali atas Negara itu. Bahkan laporan terbaru, kelompok pemberontak berhasil diusir dari wilayah Idlib, bagian utara Negara tersebut.
Diberitakan pula ketika kembali berhasil diambil alih dari tangan pemberontak, pihak keamanan Suriah mengeluarkan empat mayat warga dari saluran air di wilayah Ashirah. Dari keempat mayat tersebut ditemukan bekas luka sehingga diperkirakan keempatnya disiksa terlebih dahulu sebelum akhirnya dibunuh.
Pakar politik Suriah, Ibrahim Za'ir mengatakan tujuan pihak musuh menguasai Idlib adalah ingin mengulangi peristiwa di Benghazi, Libya di mana kawasan tersebut dijadikan pangkalan militer. Namun usaha pemberontak tersebut sia-sia sebab terlebih dahulu tewas oleh serangan pihak keamanan Suriah dan berhasil mengambil alih kembali wilayah tersebut.
Ibrahim lebih lanjut berkata, "Amerika dan mayoritas negara Arab khususnya Qatar, Arab Saudi dan beberapa musuh Suriah yang lainlah yang sesungguhnya teroris dan membunuh banyak warga sipil di Suriah."
Beliaupun menegaskan bahwa pemberitaan mengenai pasukan keamanan Suriah menembaki warga sipil adalah berita yang bohong belaka. "Pelaku-pelakunya sangat jelas, dan mereka sudah dikenal pasti berkeliaran di wilayah Karm Al-Zaytun dan Karm Al-Luz. Mereka mendapat perlengkapan persenjataan dari Qatar dan Saudi."
"Masyarakat Internasional sepatutnya tidak mendukung kelompok pemberontak dan aksi terorisme mereka. Untuk menghentikan konflik di Suriah, mereka hanya cukup dengan menghentikan dukungan berupa suplai dana dan persenjataan kepada kelompok-kelompok pemberontak." Tegasnya.
"Pihak musuh berkeinginan menguasai wilayah Idlib dan menjadikannya pangkalan militer sebagaimana yang terjadi di Benghazi, Libya, namun rencana tersebut tidak berhasil sebab kelompok-kelompok pemberontak yang aktif di Idlib dan Homs, khususnya di wilayah Baba 'Amru berhasil ditaklukkan pihak keamanan Suriah. Karenanya scenario di Libiya tidak terulang di Suriah." Lanjutnya.
Sementara itu, Nuruddin Al-'Abdu yang mengklaim dirinya sebagai anggota Pejabat Media Revolusi Idlib berkata, "Pertempuran di Idlib telah selesai sejak kemarin dan militer Suriah telah mundur dari wilayah tersebut."
Ia kemudian menambahkan, "Pasukan keamanan Suriah berhasil menyisir seluruh wilayah, dan melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah. Pihak pemberontak memilih mundur karena tidak berdaya menghadapi pasukan pemerintah."
Menurut media Suriah, kelompok pemberontak masih banyak bersembunyi di pusat kota dan utara Idlib meskipun wilayah tersebut berada dalam penguasaan sepenuhnya militer pemerintah. Menurut media yang lain disebutkan, puluhan pemberontak berhasil ditangkap pihak keamanan setelah sebelumnya berusaha melarikan diri dengan menyamar sebagai perempuan yang bercadar.(Konspirasi/Abna)
No comments:
Post a Comment