Seorang mantan anggota MI5 sekaligus penulis sejarah Intelejen, Christopher Andrew mengungkapkan dinas intelejen Rusia KGB tidak mempunyai batasan dalam jumblah, tapi mereka tiap tahunnya selalu bertambah dan ingin mencoba membanjiri Britania Raya. Tidak seperti MI5 yang selalu menyusut dalam dalam jumblah dan kegiatannya.
Dalam kurun waktu satu abad terakhir, agen intelijen MI5 dari Inggris telah mengalami dua periode Perang Dunia, Perang Dingin dan peperangan melawan terorisme – semuanya dilakukan dengan serahasia mungkin.
Kini, hanya 3,5% dari sumber daya MI5 yang dikerahkan untuk kegiatan kontra-spionase. Sementara sebagian besar sumber daya lainnya dipergunakan untuk kegiatan kontra-terorisme," demikian kata Christopher Andrew.
"Pada awal terjadinya Perang Dingin, Cambridge menghasilkan agen-agen rahasia terbaik. MI5 tidak mampu melakukan yang terbaik dalam melacak adanya jaringan Cambridge Five (jaringan mata-mata yang bekerja untuk Uni Soviet), sebagian besar karena sang pembelot yang bernama Anatoly Golitsyn, yang membelot pada awal tahun 1960an kepada CIA, memiliki pengetahuan intelijen yang memadai, namun ia terus melakukan pemalsuan (termasuk Cambridge Five)," katanya.
Hingga tahun 1982, MI5 tidak menyadari bahwa John Cairncross adalah anggota kelima dari jaringan mata-mata tersebut.
"KGB (kala itu) benar-benar besar. Sama sekali tidak pernah ada pemaksaan dalam jumlah pertumbuhannya. Dibandingkan dengan KGB, MI5 hanyalah sebuah serpihan kecil. Jadi, metode paling mudah yang dapat dipergunakan KGB untuk mengatasi MI5 adalah dengan cara membanjiri London dengan para anggota dinas intelijen KGB dan intelijen militer (GRU), yang mampu menggerakkan lebih banyak agen jika dibandingkan dengan kemampuan MI5 untuk melacaknya," ungkap Andrew.
"Pada akhirnya, pemerintah Inggris pada tahun 1971 memulangkan 105 orang agen intelijen ke Soviet. Tidak ada negara lain di dunia Barat, termasuk AS, yang mampu mendekati angka tersebut. Namun, Inggris berubah status menjadi target utama bagi intelijen Rusia, hal itu terus berlangsung hingga berakhirnya Perang Dingin."
Christopher Andrew mengakui bahwa pada tahun 1960an, sejumlah anggota parlemen Inggris bekerja untuk KGB atau intelijen Cekoslovakia, yang kala itu masih menjadi bagian dari blok Soviet, meski mereka tidak memiliki peranan yang signifikan dalam kabinet Inggris.
"Jika (sang pembelot Rusia) Oleh Penkovsky tida membocorkan informasi mengenai pembangunan pangkalan misil Soviet kepada Barat, maka AS tidak akan mampu mengetahui mengenai beroperasinya pangkalan-pangkalan dalam krisis misil Kuba," tambahnya.
Christopher Andrew juga menyebutkan bahwa MI5 tidak pernah menyiksa para tersangka teror karena hal itu adalah kesalahan besar, karena seorang yang mengalami penyiksaan bisa mengatakan apapun yang bertentangan dengan dirinya.
Dalam periode tujuh tahun, Christopher Andrew memiliki akses yang fenomenal dan tidak terbatas terhadap 400.000 arsip MI5. Baru-baru ini, dia juga telah menerbitkan sebuah buku untuk menandai peringatan ke 100 dari lembaga yang berdiri pada tahun 1909 (5 tahun sebelum Perang Dunia I) yang membahas mengenai permasalahan keamanan Britania Raya.
Pemimpin serikat dagang Inggris, Jack Jones, sempat dianggap sebagai salah satu agen rahasia KGB, seperti yang disebutkan dalam sejarah resmi MI5.
Dalam buku bertajuk "Defence of the Realm", disebutkan bahwa Jones hanya mengirimkan dokumen-dokumen Partai Buruh, bukan rahasia negara, dan terakhir kali menerima bayaran dari Rusia pada tahun 1984.
Jones, yang meninggal pada awal tahun ini, selalu menyangkal bahwa dirinya bekerja untuk KGB. Buku tersebut juga menyatakan bahwa intelijen Inggris tidak akan mampu mengatasi besarnya jumlah mata-mata Soviet di Inggris pada Perang Dingin.
Jack Jones menjabat sebagai kepala Serikat Umum Pekerja dan Transportasi mulai tahun 1969 hingga 1978. Dia juga merupakan veteran Perang Sipil Spanyol.
Buku tersebut mengungkapkan bahwa pada tahun 1985, kepala MI5 mengatakan kepada sekretaris kabinet bahwa dirinya telah menerima uang dari sang agen penguhubung satu tahun sebelumnya.
Agen penghubung tersebut adalah Oleg Gordievsky, yang bekerja untuk intelijen Inggris. Gordievsky sebelumnya mengklaim bahwa Jones telah menerima uang tersebut,
Buku tersebut ditulis oleh Profesor Christopher Andrew, yang mengatakan bahwa dirinya memiliki akses terhadap arsip MI5.
Namun, meski Profesor Andrew mendapatkan akses terhadap 400.000 berkas MI5 sejak dinas intelijen tersebut didirikan pada tahun 1909, MI5 tetap membatasi apa saja yang boleh diterbitkan.
Profesor Andrew mengatakan bahwa dirinya berterima kasih kepada MI5 karena telah memberikan akses terhadap berkas-berkas yang dipergunakannya dalam menyusun buku sejarah tersebut.
Dia berkata: "Pertama-tama, saya berterima kasih kepada MI5. Lembaga intelijen pertama dalam sejarah yang membiarkan seorang sejarawan dari kalangan luar untuk mengakses arsipnya."
Dalam program Radio 4, dia berkata: "Jika Anda tidak memperkenankan sejarah Anda untuk dituliskan, maka bukan hanya ada kekosongan dalam catatan sejarah, hal itu juga akan mengarah kepada munculnya teori konspirasi."
Source : Konspirasi.com
No comments:
Post a Comment