Itu terjadi karena kita selalu melihat permasalahan yang datang dari satu arah dan kita menghendaki penyelesaian juga dari arah itu.Sebenarnya banyak jalan yang harus ditempuh seperti kata pepatah : “Banyak jalan menuju Roma”.
Dikala kita mendapat suatu masalah sepertinya dunia ini akan kiamat dan semua jalan telah tertutup.Padahal kalau kita lihat lagi bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya cuma kadang kita tidak sempat memikirkannya dan terlalu sibuk meratapi nasib serta menyalahkan diri sendiri.Kita selalu berpikir bahwa kita telah gagal dan tidak bahagia.
Benarkah kita memang tidak bahagia dan gagal dalam hidup ini?Dimana letak bahagia sebenarnya?Apakah yang menjadi tolok ukurnya?Bagaimana definisinya?Siapa yang berhak mengatakan kita bahagia atau tidak?
Bahagia adalah kondisi jiwa di mana perasaan telah terpenuhi semua kebutuhan baik lahir maupun bathin.Bahagia itu relatif bagi setiap orang karena tergantung dari mana kita melihatnya.Ada yang mengatakan dengan tercukupinya kebutuhan hidup sudah bahagia tapi ada juga yang mengatakan kalau hidup mewah dan terpandang baru boleh dikatakan bahagia.Tinggal memilihnya standar bahagia kategori yang mana yang sesuai dengan pendapat kita…
Pada golongan pertama kalau pintu bahagianya tertutup mereka akan selalu intropeksi diri dan menerima segalanya dengan lapang dada.Bahwa cuma sebatas inilah bahagia yang mereka dapatkan dan bersyukur karena berharap akan dibukakan pintu lainnya..Tapi kalau pada golongan yang kedua mereka akan sangat tertekan sekali dan bingung mahu mengadu kemana..Mereka menyangka bahwa disitulah akhir dari kebahagiaannya..Padahal waktu pintu kebahagiaan itu tertutup sebenarnya pintu lainnya dibukakan.Tapi karena terlalu lama terpaku pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lainnya yang telah dbukakan baginya..
Apa saja yang menyebabkan kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup?Itu mungkin terjadi karena terlalu fokusnya kita pada suatu permasalahan seakan tidak ada ruang yang lainnya lagi dan akibat dari kurang mengenal terhadap sumber dan seluk-beluk kebahagiaan itu ( cuma melihat atau fokus dari depan saja ).
Kita misalkan bahwa kebahagiaan itu adalah sebuah rumah dan kita hanya mengetahui satu jalan masuk yaitu dari depan saja sedang sebuah rumah itu banyak sekali jalan masuk misalnya dari samping atau belakang..
Haruskah kita terbelenggu oleh kefanatikan atau keyakinan kita bahwa jalan masuk menuju kebahagiaan hanya satu saja..Haruskah kita merubah paradigma dan selalu mencari jalan/pintu lainnya???Tinggal kita yang akan memutuskan……
Mahu tetap di depan satu pintu yang tertutup atau mencari pintu lainnya yang di buka bagi kita????