Dari sekian lama proses kehidupan ini tanpa kita sadari sebenarnya bahwa setiap langkah dan tindakan kita itu adalah diri yang asli.Tapi kemana diri asli kita ini bersembunyi?
Kita hanya selalu melihat sisi positif kita sehingga melupakan sisi gelap atau negatif kita, padahal kedua sisi itu selalu berjalan beriringan saling melengkapi.
Biasanya kita merasa malu dengan sisi gelap dari diri kita yang belakangan kita ketahui merupakan potensi terbesar dalam mencapai tujuan hidup di dunia maupaun di akhirat nanti.
Sekarang pasti akan timbul pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi?
Sebelum menjawab pertanyaan itu ada baiknya kita membahas dulu mana sisi positif dan sisi negatif dari diri kita itu.
1. Sisi Positif atau Sisi Terang
Sisi positif adalah sifat-sifat baik yang kita miliki dari sejak lahir, yang dalam masyarakat pada umumnya sering di sebut sebagai akhlak baik dan bermoral serta beradab.Seperti : santun, hormat pada orang, suka senyum,suka membantu dll
2. Sisi Negatif atau Sisi Gelap
Sisi negati adalah sifat-sifat kita yang berseberangan dengan sisi positif kita seperti : ego, angkuh, sombong, kejam dll
Setelah kita mengetahui dan dapat membedakan keduanya, maka akan sangat jelas bahwa di antara keduanya begitu kontras sekali bagai langit dan bumi.
Anda bingung kan?
Inilah yang akan kita kupas saat ini.
Pada umumnya orang hanya akan melihat atau menilai seseorang itu dari sisi positif dari orang itu tapi sebenarnya itu salah, karena kita begitu terpengaruh oleh penampilan lahiriah atau kulitnya saja.Padahal di dalam orang itu mungkin saja tersimpan suatu sifat yang juga mungkin tidak pernah kita sangka sama sekali.Tertipu kan?
Seperti kata pepatah “air yang tenang jangan di sangka tiada buaya.”
Di sini kita tidak akan membahas bagaimana kita mewaspadai seseorang itu tapi sebaliknya bagaimana kita menggali sisi negatif itu agar dapat digunakan demi menunjang sisi positif kita.
Semua sisi itu sebenarnya seimbang pada dasarnya 50:50 tapi kadang kita selalu berusaha untuk menekan sisi negatif itu 80:20 atau lebih ekstrim lagi kita mahu menjadikannya 100:0, mungkinkah itu akan tercapai?
Jawabannya adalah tidak mungkin atau nol besar dan akan banyak menghabiskan waktu, pikiran dan energi kita.
Keinginan itu juga bukan keinginan yang buruk tapi tidak ikhlas karena terlalu dipengaruhi nafsu semata agar di pandang baik orang di sekitar kita dan mengharapkan respek dari mereka.
Mengapa kita terus menzalimi diri ini dengan segala kemunafikan?
Bukankah kita sangat rugi?
Tapi sudah menjadi sifat manusia ingin di pandang baik oleh sesama sebagai makhluk sosial.Kita selalu ingin menjadi orang lain, dengan kata lain sebuah bentuk yang diinginkan orang lain.Bahagiakah kita?
Jawabannya adalah kita akan terus dan terus kehilangan jati diri dan semakin jauh dari yang kita harapkan.Yang pada akhirnya kita tidak tahu siapa sebenarnya kita ini dan terus mencari.Inikah aku?
Jadi di mana diri kita yang asli?
Kita lupa bahwa kita telah lama dan jauh meninggalkannya dalam kehidupan kita.Nun jauh di sana dia menantikan kita menjemputnya kembali.
Kembali pada pokok permasalahan tadi, maka kita hendaknya segera lebih intropeksi diri dengan melihat lebih ke dalam lagi.
Agar kita tidak rugi selamanya dengan menjadi orang lain atau yang diinginkan oleh orang lain.
Tujuan penciptaan kita adalah agar kita menyembahNya dan patuh dengan segala yang diperintahkanNya.Tapi di sebalik itu kita juga di tuntut untuk menjalankan misi kita di dunia ini masing-masing tanpa mengubah warna dari misi manusia lainnya.
Bukan kita akan menjadi ego dan terkesan mementingkan diri tapi itulah kenyataan yang harus kita akui bahwa kita ini punya misi beda-beda pada tiap individu.Dan tidak akan mungkin sama.Jadi sangat tidak mungkin kita ingin menjalankan misi yang di emban orang lain.
Kalau semua sama maka dunia ini akan terasa monoton dan sangat membosankan, misalnya kalau semua orang ingin menjadi pendakwah atau pejabat pemerintahan.
Apakah dengan menjadi seperti mereka kita akan merasa tenang dan bahagia?
Jelas sekali tidak.
Karena kita telah memakai pakaian yang bukan untuk kita, sedang kita sudah ada pakaian kita masing-masing.Dan lagi itu juga sudah dapat digolongkan kita ini sebagai orang yang tamak.Milik orang lain pun ingin kita miliki juga.
Kalau kita dapat menyeimbangkan kedua sisi dari diri kita itu maka hal ini tidak akan terjadi.
Mengapa?
Karena kita dapat memanfaatkan keduanya.
Sisi negatif pun bisa kita arahkan untuk membantu sisi positif itu.
Bagaimana caranya?
Misalnya:
1. Di saat kita merasa tertekan atau disudutkan yang mana membuat kita merasa tidak aman, maka sifat marah atau emosi dapat digunakan untuk melawan sehingga harga diri kita kembali.Melawan di sini bukan dengan membabi-buta tapi penuh perhitungan tentunya.
2. Di saat kita merasa di atas angin dan tak terkalahkan sehingga ada kecenderungan kita untuk sombong dan tinggi hati, maka sifat pengecut dan penuh ketakutan dapat ditimbulkan agar kita tunduk dan merasa hina dihadapanNya dan lain lain.
Bukankah indah hidup ini kalau dalam diri kita ini ada yang saling melengkapi dan mengingatkan?
Mengapa harus kita cari lagi di luar diri kita?
Dengan begitu akan sangat jelas sekali bahwa Tuhan itu Maha Adil.
Pernahkah kita terpikir akan hal itu sebelum ini?
Memang perlu waktu yang lama untuk kita dapat menyadari dan menghargai kurnia ini.
Dan dalam prosesnya sangatlah tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, semua perlu proses, perlu waktu dan perlu pengorbanan.
Mulai dari sekarang marilah kita sedikit demi sedikit memanfaatkan waktu dan usia kita untuk melakukan hal di atas.
Jangan terlalu tergesa-gesa, yang penting kita dapat mencapainya walau lambat daripada tidak sama sekali!!!!
Kalau ada yang bisa cepat silahkan tapi kalau hanya bisa lambat untuk apa berkecil hati.Yang penting kan tujuan tercapai.Ini bukan ajang lomba.Bukan efektifitas yang kita kejar tapi adalah kualitas...
Untuk apa cepat tapi tidak berkualitas?
Kita adalah diri kita yang unggul dengan segala potensi yang ada.
Ingat dan camkanlah itu.
Thursday, September 3, 2009
Monday, February 23, 2009
PINTU BAHAGIA
Ketika manusia dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut penyelesaian baik itu masalah keluarga, percintaan dan pekerjaan kita selalu dihadapkan pada dilema dan sulitnya pemecahan.
Itu terjadi karena kita selalu melihat permasalahan yang datang dari satu arah dan kita menghendaki penyelesaian juga dari arah itu.Sebenarnya banyak jalan yang harus ditempuh seperti kata pepatah : “Banyak jalan menuju Roma”.
Dikala kita mendapat suatu masalah sepertinya dunia ini akan kiamat dan semua jalan telah tertutup.Padahal kalau kita lihat lagi bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya cuma kadang kita tidak sempat memikirkannya dan terlalu sibuk meratapi nasib serta menyalahkan diri sendiri.Kita selalu berpikir bahwa kita telah gagal dan tidak bahagia.
Benarkah kita memang tidak bahagia dan gagal dalam hidup ini?Dimana letak bahagia sebenarnya?Apakah yang menjadi tolok ukurnya?Bagaimana definisinya?Siapa yang berhak mengatakan kita bahagia atau tidak?
Bahagia adalah kondisi jiwa di mana perasaan telah terpenuhi semua kebutuhan baik lahir maupun bathin.Bahagia itu relatif bagi setiap orang karena tergantung dari mana kita melihatnya.Ada yang mengatakan dengan tercukupinya kebutuhan hidup sudah bahagia tapi ada juga yang mengatakan kalau hidup mewah dan terpandang baru boleh dikatakan bahagia.Tinggal memilihnya standar bahagia kategori yang mana yang sesuai dengan pendapat kita…
Pada golongan pertama kalau pintu bahagianya tertutup mereka akan selalu intropeksi diri dan menerima segalanya dengan lapang dada.Bahwa cuma sebatas inilah bahagia yang mereka dapatkan dan bersyukur karena berharap akan dibukakan pintu lainnya..Tapi kalau pada golongan yang kedua mereka akan sangat tertekan sekali dan bingung mahu mengadu kemana..Mereka menyangka bahwa disitulah akhir dari kebahagiaannya..Padahal waktu pintu kebahagiaan itu tertutup sebenarnya pintu lainnya dibukakan.Tapi karena terlalu lama terpaku pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lainnya yang telah dbukakan baginya..
Apa saja yang menyebabkan kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup?Itu mungkin terjadi karena terlalu fokusnya kita pada suatu permasalahan seakan tidak ada ruang yang lainnya lagi dan akibat dari kurang mengenal terhadap sumber dan seluk-beluk kebahagiaan itu ( cuma melihat atau fokus dari depan saja ).
Kita misalkan bahwa kebahagiaan itu adalah sebuah rumah dan kita hanya mengetahui satu jalan masuk yaitu dari depan saja sedang sebuah rumah itu banyak sekali jalan masuk misalnya dari samping atau belakang..
Haruskah kita terbelenggu oleh kefanatikan atau keyakinan kita bahwa jalan masuk menuju kebahagiaan hanya satu saja..Haruskah kita merubah paradigma dan selalu mencari jalan/pintu lainnya???Tinggal kita yang akan memutuskan……
Mahu tetap di depan satu pintu yang tertutup atau mencari pintu lainnya yang di buka bagi kita????
Itu terjadi karena kita selalu melihat permasalahan yang datang dari satu arah dan kita menghendaki penyelesaian juga dari arah itu.Sebenarnya banyak jalan yang harus ditempuh seperti kata pepatah : “Banyak jalan menuju Roma”.
Dikala kita mendapat suatu masalah sepertinya dunia ini akan kiamat dan semua jalan telah tertutup.Padahal kalau kita lihat lagi bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya cuma kadang kita tidak sempat memikirkannya dan terlalu sibuk meratapi nasib serta menyalahkan diri sendiri.Kita selalu berpikir bahwa kita telah gagal dan tidak bahagia.
Benarkah kita memang tidak bahagia dan gagal dalam hidup ini?Dimana letak bahagia sebenarnya?Apakah yang menjadi tolok ukurnya?Bagaimana definisinya?Siapa yang berhak mengatakan kita bahagia atau tidak?
Bahagia adalah kondisi jiwa di mana perasaan telah terpenuhi semua kebutuhan baik lahir maupun bathin.Bahagia itu relatif bagi setiap orang karena tergantung dari mana kita melihatnya.Ada yang mengatakan dengan tercukupinya kebutuhan hidup sudah bahagia tapi ada juga yang mengatakan kalau hidup mewah dan terpandang baru boleh dikatakan bahagia.Tinggal memilihnya standar bahagia kategori yang mana yang sesuai dengan pendapat kita…
Pada golongan pertama kalau pintu bahagianya tertutup mereka akan selalu intropeksi diri dan menerima segalanya dengan lapang dada.Bahwa cuma sebatas inilah bahagia yang mereka dapatkan dan bersyukur karena berharap akan dibukakan pintu lainnya..Tapi kalau pada golongan yang kedua mereka akan sangat tertekan sekali dan bingung mahu mengadu kemana..Mereka menyangka bahwa disitulah akhir dari kebahagiaannya..Padahal waktu pintu kebahagiaan itu tertutup sebenarnya pintu lainnya dibukakan.Tapi karena terlalu lama terpaku pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lainnya yang telah dbukakan baginya..
Apa saja yang menyebabkan kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup?Itu mungkin terjadi karena terlalu fokusnya kita pada suatu permasalahan seakan tidak ada ruang yang lainnya lagi dan akibat dari kurang mengenal terhadap sumber dan seluk-beluk kebahagiaan itu ( cuma melihat atau fokus dari depan saja ).
Kita misalkan bahwa kebahagiaan itu adalah sebuah rumah dan kita hanya mengetahui satu jalan masuk yaitu dari depan saja sedang sebuah rumah itu banyak sekali jalan masuk misalnya dari samping atau belakang..
Haruskah kita terbelenggu oleh kefanatikan atau keyakinan kita bahwa jalan masuk menuju kebahagiaan hanya satu saja..Haruskah kita merubah paradigma dan selalu mencari jalan/pintu lainnya???Tinggal kita yang akan memutuskan……
Mahu tetap di depan satu pintu yang tertutup atau mencari pintu lainnya yang di buka bagi kita????
KEBENARAN
Hidup ini sangat kompleks sekali kalau dilihat dari awal penciptaan kita.Dari setetes darah menjadi segumpal daging kemudian sampai ditiupkannya ruh akhirnya kembali pada Sang Pencipta.Begitu banyak rentetan peristiwa yang dilalui.
Tapi kebanyakan dari kita tidak pernah mengindahkan atau memikirkan apa disebalik penciptaan ini.
Karena merasa diri telah tinggi tingkat pengetahuan maka tak jarang ada yang seperti menuhankan ilmu pengetahuan atau sains.Mereka beranggapan bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya dengan berbagai teori.
Padahal kalau kita pikir secara logika mana mungkin alam ini ada tanpa ada yang menciptakannya.Sedangkan alat atau mesin yang ada sekarang juga diciptakan oleh manusia, apakah alat atau mesin itu terjadi dengan sendirinya?????
Zaman sekarang orang-orang sibuk mencari pembenaran dari teori-teori mereka yang didasarkan pada kehendak nafsu dan akal bukan keimanan.Nilai tertinggi dari manusia adalah mengakui kebenaran Ilahi bukan berbalik mempertanyakannya.Sebagai contoh adalah sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar r.a pada kejadian Isra’ Mikraj di mana pada waktu itu kaum Quraisy menghina dan mendustakan perkataan Rasulullah, mereka mengira sudah kehilangan akal dan pendusta besar.Memang kejadian Isra’ Mikraj itu susah untuk diterima bagi orang-orang yang mengedepankan akal.Tapi Abu Bakar r.a tetap yakin dan membenarkannya.Karena beliau tidak melihatnya dari pandangan akal atau kehendak nafsu tapi dari hatinya yang beriman.Beliau tidak melihat kejadiannya tapi melihat siapa yang menghendaki itu terjadi melalui kebersihan hatinya....
Sekarang kita hampir tidak bisa membedakan antara kebenaran dan pembenaran, karena begitu banyaknya kebohongan-kebohongan yang di poles dengan indahnya telah terlihat sebagai kebenaran.Itu di mata manusia tapi mana mungkin akan dapat mengelabui Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Benar.
Kebenaran yang ditegakkan dan orang-orang yang jujur sudah jadi barang yang langka sekarang ini, mungkin sangat langka sekali.
Kebenaran yang hakiki letaknya ada di hati kita masing-masing tinggal bagaimana kita mahu mendengarkannya..
Tapi kebanyakan dari kita tidak pernah mengindahkan atau memikirkan apa disebalik penciptaan ini.
Karena merasa diri telah tinggi tingkat pengetahuan maka tak jarang ada yang seperti menuhankan ilmu pengetahuan atau sains.Mereka beranggapan bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya dengan berbagai teori.
Padahal kalau kita pikir secara logika mana mungkin alam ini ada tanpa ada yang menciptakannya.Sedangkan alat atau mesin yang ada sekarang juga diciptakan oleh manusia, apakah alat atau mesin itu terjadi dengan sendirinya?????
Zaman sekarang orang-orang sibuk mencari pembenaran dari teori-teori mereka yang didasarkan pada kehendak nafsu dan akal bukan keimanan.Nilai tertinggi dari manusia adalah mengakui kebenaran Ilahi bukan berbalik mempertanyakannya.Sebagai contoh adalah sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar r.a pada kejadian Isra’ Mikraj di mana pada waktu itu kaum Quraisy menghina dan mendustakan perkataan Rasulullah, mereka mengira sudah kehilangan akal dan pendusta besar.Memang kejadian Isra’ Mikraj itu susah untuk diterima bagi orang-orang yang mengedepankan akal.Tapi Abu Bakar r.a tetap yakin dan membenarkannya.Karena beliau tidak melihatnya dari pandangan akal atau kehendak nafsu tapi dari hatinya yang beriman.Beliau tidak melihat kejadiannya tapi melihat siapa yang menghendaki itu terjadi melalui kebersihan hatinya....
Sekarang kita hampir tidak bisa membedakan antara kebenaran dan pembenaran, karena begitu banyaknya kebohongan-kebohongan yang di poles dengan indahnya telah terlihat sebagai kebenaran.Itu di mata manusia tapi mana mungkin akan dapat mengelabui Tuhan Yang Maha Tahu dan Maha Benar.
Kebenaran yang ditegakkan dan orang-orang yang jujur sudah jadi barang yang langka sekarang ini, mungkin sangat langka sekali.
Kebenaran yang hakiki letaknya ada di hati kita masing-masing tinggal bagaimana kita mahu mendengarkannya..
BERTEMAN DENGAN DIRI SENDIRI
Kata teman sudah akrab di telinga kita sejak dari kecil lagi....Yang artinya lebih kurang adalah pendamping dalam kehidupan pergaulan sehari-hari..
Ada yang di kenal sebagai teman akrab dan teman biasa bahkan yang sedang ngetrend sekarang yaitu teman tapi mesra..
‘Teman’ dengan segala keluasan maknanya pada intinya tidak pernah lepas dari sifat asali manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.
Manusia setiap hari akan berinteraksi dengan manusia lainnya dalam berbagai konteks dan keperluan..
Di sini kita akan membahas tentang bagaimana kita akan berteman dengan diri sendiri, bukan bermaksud untuk menonjolkan sifat narsis tapi untuk lebih memahami diri kita sendiri yang diselaraskan dengan kesesuaian hati masing-masing.
Pada kebanyakan kasus kita selalu dihadapkan dengan bagaimana kita harus memahami orang lain.Sungguh kasihan sekali diri ini apabila sepanjang hidup kita hanya dihabiskan untuk memikirkan bagaimana menyenangkan orang lain.Kita selalu berusaha untuk menjadi orang lain.
*Kemana perginya jati diri kita yang asli??
*Dimana ia sekarang??
Selama kita kehilangannya kita akan terus mencari-cari sesuatu yang hilang dari diri kita tapi kita sendiri tidak tahu apa yang hilang itu.Di saat itu kita akan jauh dari kebahagiaan batin walau secara materi sudah terpenuhi semuanya.
*Bagaimanakah caranya kita berteman dengan diri sendiri?
Caranya tidak jauh berbeda dengan kita melakukan pertemanan dengan orang lain seperti diawali dengan perkenalan dan saling komunikasi atau kontak.Dengan seringnya terjadi komunikasi dan kontak itu maka akan terjalin suatu hubungan yang erat luar dan dalam.
*Bagaimana kita akan berkenalan dengan diri sendiri?
*Bukankah kita sudah lama mengenalnya?
Memang kita sudah lama mengenal diri kita dari ujung rambut sampai ujung kaki tapi yang kita kenal adalah secara fisik saja.Di sini yang kita maksudkan adalah mengenal diri ini secara batin.
Langkah pertama untuk mengenal diri ini dengan menyapanya di setiap ada kesempatan.Sama seperti kita menyapa teman kita hanya saja beda cara, kalau yang biasa kita lakukan kita akan bersuara tapi kalau yang ini cukup di batin saja.Di waktu kita sedang sendiri dan suasana hati kita tenang sapalah dia!Berbicaralah padanya dan tanyalah apa yang diinginkannya.Teori ini secara umum saja tapi prakteknya tergantung masing-masing pribadi bagaimana enaknya dan hasilnya akan berbeda-beda pula.
Jawaban dari diri batin kita umumnya dikenal orang sebagai bisikan nurani.Sampai ada pepatah yang mengatakan bahwa tanyakan pada hati nuranimu dan ia akan tidak pernah berbohong padamu.
Kalau kita sudah mengenal baik diri kita maka kita akan dapat membedakan mana yang bisikan nafsu mana yang dari nurani..Kita akan sangat mudah menghadapi hidup ini, tidak ada lagi prasangka buruk pada orang lain.Disinilah kita akan menemukan ketenangan hidup.
Dengan baiknya komunikasi antara kita dengan diri kita maka akan sangat mudah kita melakukan perubahan bagi diri kita bahkan yang ada disekitar kita, jika kita ingin membuat perubahan dalam hidup kita, mulailah dari diri kita sendiri. Bukan orangtuamu, bukan temanmu, bukan pula sahabatmu. Semua perubahan dimulai dari diri kita sendiri. Dari dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam.
Ada yang di kenal sebagai teman akrab dan teman biasa bahkan yang sedang ngetrend sekarang yaitu teman tapi mesra..
‘Teman’ dengan segala keluasan maknanya pada intinya tidak pernah lepas dari sifat asali manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri.
Manusia setiap hari akan berinteraksi dengan manusia lainnya dalam berbagai konteks dan keperluan..
Di sini kita akan membahas tentang bagaimana kita akan berteman dengan diri sendiri, bukan bermaksud untuk menonjolkan sifat narsis tapi untuk lebih memahami diri kita sendiri yang diselaraskan dengan kesesuaian hati masing-masing.
Pada kebanyakan kasus kita selalu dihadapkan dengan bagaimana kita harus memahami orang lain.Sungguh kasihan sekali diri ini apabila sepanjang hidup kita hanya dihabiskan untuk memikirkan bagaimana menyenangkan orang lain.Kita selalu berusaha untuk menjadi orang lain.
*Kemana perginya jati diri kita yang asli??
*Dimana ia sekarang??
Selama kita kehilangannya kita akan terus mencari-cari sesuatu yang hilang dari diri kita tapi kita sendiri tidak tahu apa yang hilang itu.Di saat itu kita akan jauh dari kebahagiaan batin walau secara materi sudah terpenuhi semuanya.
*Bagaimanakah caranya kita berteman dengan diri sendiri?
Caranya tidak jauh berbeda dengan kita melakukan pertemanan dengan orang lain seperti diawali dengan perkenalan dan saling komunikasi atau kontak.Dengan seringnya terjadi komunikasi dan kontak itu maka akan terjalin suatu hubungan yang erat luar dan dalam.
*Bagaimana kita akan berkenalan dengan diri sendiri?
*Bukankah kita sudah lama mengenalnya?
Memang kita sudah lama mengenal diri kita dari ujung rambut sampai ujung kaki tapi yang kita kenal adalah secara fisik saja.Di sini yang kita maksudkan adalah mengenal diri ini secara batin.
Langkah pertama untuk mengenal diri ini dengan menyapanya di setiap ada kesempatan.Sama seperti kita menyapa teman kita hanya saja beda cara, kalau yang biasa kita lakukan kita akan bersuara tapi kalau yang ini cukup di batin saja.Di waktu kita sedang sendiri dan suasana hati kita tenang sapalah dia!Berbicaralah padanya dan tanyalah apa yang diinginkannya.Teori ini secara umum saja tapi prakteknya tergantung masing-masing pribadi bagaimana enaknya dan hasilnya akan berbeda-beda pula.
Jawaban dari diri batin kita umumnya dikenal orang sebagai bisikan nurani.Sampai ada pepatah yang mengatakan bahwa tanyakan pada hati nuranimu dan ia akan tidak pernah berbohong padamu.
Kalau kita sudah mengenal baik diri kita maka kita akan dapat membedakan mana yang bisikan nafsu mana yang dari nurani..Kita akan sangat mudah menghadapi hidup ini, tidak ada lagi prasangka buruk pada orang lain.Disinilah kita akan menemukan ketenangan hidup.
Dengan baiknya komunikasi antara kita dengan diri kita maka akan sangat mudah kita melakukan perubahan bagi diri kita bahkan yang ada disekitar kita, jika kita ingin membuat perubahan dalam hidup kita, mulailah dari diri kita sendiri. Bukan orangtuamu, bukan temanmu, bukan pula sahabatmu. Semua perubahan dimulai dari diri kita sendiri. Dari dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam.
Tuesday, January 20, 2009
HAMAS
Gagal Tumpas Hamas
C I A GAME OVER
Rejim George W Bush mendorong Israel untuk menghabisi Hamas, hingga tenggat waktu pelantikan Barack Obama, 20 Januari 2009.Bush tetap menjalankan skenario menumpas teroris internasional versi CIA, yang telah diputuskan sejak “serangan 9/11.”
CIA yang diawaki jenderal intelijen Yahudi asal Pentagon, telah menjadi laboratorium “Holocoust” bagi AS-Israel.Khusus untuk menekuk, Hizbullah, Al Mehdi dan Hamas, CIA-Mossad menggelar operasi intelijen penghancuran dengan kode sandi “Satanic Verses 1-10”, yang akan dijalankan hingga sepuluh tahapan.
Untuk mendukung operasi intelijen yang didanai Foreign Military Financing (FMF) itu, di gelar operasi dengan sandi “Ghost of Jihadis”.Operasi ini melibatkan Saudi Arabia, Mesir, Kuwait,Turki,Qatar, Oman, Bahrain, Pakistan, Irak, Afganistan, dan Somalia.
Serangan Israel ke Gaza merupakan tahapan ketiga dari skenario “Satanic Verses” yang gagal dijalankan CIA-Mossad.Eksistensi CIA-Mossad era Bush pun hancur, bersamaan dengan ditunjuknya Leon Panneta sebagai Direktur CIA oleh Barack Obama.
Dipastikan bahwa Obama akan mengakhiri segala bentuk operasi intelijen yang mengerahkan militer atau invasi di semua kawasan, khususnya Timur Tengah.
(Sumber : Tabloid Dwi Mingguan INTELIJEN nomor 23/V/2009/14-27 Januari 2009 hal : 1)
C I A GAME OVER
Rejim George W Bush mendorong Israel untuk menghabisi Hamas, hingga tenggat waktu pelantikan Barack Obama, 20 Januari 2009.Bush tetap menjalankan skenario menumpas teroris internasional versi CIA, yang telah diputuskan sejak “serangan 9/11.”
CIA yang diawaki jenderal intelijen Yahudi asal Pentagon, telah menjadi laboratorium “Holocoust” bagi AS-Israel.Khusus untuk menekuk, Hizbullah, Al Mehdi dan Hamas, CIA-Mossad menggelar operasi intelijen penghancuran dengan kode sandi “Satanic Verses 1-10”, yang akan dijalankan hingga sepuluh tahapan.
Untuk mendukung operasi intelijen yang didanai Foreign Military Financing (FMF) itu, di gelar operasi dengan sandi “Ghost of Jihadis”.Operasi ini melibatkan Saudi Arabia, Mesir, Kuwait,Turki,Qatar, Oman, Bahrain, Pakistan, Irak, Afganistan, dan Somalia.
Serangan Israel ke Gaza merupakan tahapan ketiga dari skenario “Satanic Verses” yang gagal dijalankan CIA-Mossad.Eksistensi CIA-Mossad era Bush pun hancur, bersamaan dengan ditunjuknya Leon Panneta sebagai Direktur CIA oleh Barack Obama.
Dipastikan bahwa Obama akan mengakhiri segala bentuk operasi intelijen yang mengerahkan militer atau invasi di semua kawasan, khususnya Timur Tengah.
(Sumber : Tabloid Dwi Mingguan INTELIJEN nomor 23/V/2009/14-27 Januari 2009 hal : 1)
Subscribe to:
Posts (Atom)