Thursday, September 3, 2009

DUA SISI DALAM DIRI KITA

Dari sekian lama proses kehidupan ini tanpa kita sadari sebenarnya bahwa setiap langkah dan tindakan kita itu adalah diri yang asli.Tapi kemana diri asli kita ini bersembunyi?

Kita hanya selalu melihat sisi positif kita sehingga melupakan sisi gelap atau negatif kita, padahal kedua sisi itu selalu berjalan beriringan saling melengkapi.
Biasanya kita merasa malu dengan sisi gelap dari diri kita yang belakangan kita ketahui merupakan potensi terbesar dalam mencapai tujuan hidup di dunia maupaun di akhirat nanti.

Sekarang pasti akan timbul pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi?
Sebelum menjawab pertanyaan itu ada baiknya kita membahas dulu mana sisi positif dan sisi negatif dari diri kita itu.

1. Sisi Positif atau Sisi Terang
Sisi positif adalah sifat-sifat baik yang kita miliki dari sejak lahir, yang dalam masyarakat pada umumnya sering di sebut sebagai akhlak baik dan bermoral serta beradab.Seperti : santun, hormat pada orang, suka senyum,suka membantu dll
2. Sisi Negatif atau Sisi Gelap
Sisi negati adalah sifat-sifat kita yang berseberangan dengan sisi positif kita seperti : ego, angkuh, sombong, kejam dll

Setelah kita mengetahui dan dapat membedakan keduanya, maka akan sangat jelas bahwa di antara keduanya begitu kontras sekali bagai langit dan bumi.
Anda bingung kan?
Inilah yang akan kita kupas saat ini.

Pada umumnya orang hanya akan melihat atau menilai seseorang itu dari sisi positif dari orang itu tapi sebenarnya itu salah, karena kita begitu terpengaruh oleh penampilan lahiriah atau kulitnya saja.Padahal di dalam orang itu mungkin saja tersimpan suatu sifat yang juga mungkin tidak pernah kita sangka sama sekali.Tertipu kan?
Seperti kata pepatah “air yang tenang jangan di sangka tiada buaya.”

Di sini kita tidak akan membahas bagaimana kita mewaspadai seseorang itu tapi sebaliknya bagaimana kita menggali sisi negatif itu agar dapat digunakan demi menunjang sisi positif kita.

Semua sisi itu sebenarnya seimbang pada dasarnya 50:50 tapi kadang kita selalu berusaha untuk menekan sisi negatif itu 80:20 atau lebih ekstrim lagi kita mahu menjadikannya 100:0, mungkinkah itu akan tercapai?
Jawabannya adalah tidak mungkin atau nol besar dan akan banyak menghabiskan waktu, pikiran dan energi kita.

Keinginan itu juga bukan keinginan yang buruk tapi tidak ikhlas karena terlalu dipengaruhi nafsu semata agar di pandang baik orang di sekitar kita dan mengharapkan respek dari mereka.
Mengapa kita terus menzalimi diri ini dengan segala kemunafikan?
Bukankah kita sangat rugi?
Tapi sudah menjadi sifat manusia ingin di pandang baik oleh sesama sebagai makhluk sosial.Kita selalu ingin menjadi orang lain, dengan kata lain sebuah bentuk yang diinginkan orang lain.Bahagiakah kita?
Jawabannya adalah kita akan terus dan terus kehilangan jati diri dan semakin jauh dari yang kita harapkan.Yang pada akhirnya kita tidak tahu siapa sebenarnya kita ini dan terus mencari.Inikah aku?
Jadi di mana diri kita yang asli?
Kita lupa bahwa kita telah lama dan jauh meninggalkannya dalam kehidupan kita.Nun jauh di sana dia menantikan kita menjemputnya kembali.

Kembali pada pokok permasalahan tadi, maka kita hendaknya segera lebih intropeksi diri dengan melihat lebih ke dalam lagi.
Agar kita tidak rugi selamanya dengan menjadi orang lain atau yang diinginkan oleh orang lain.

Tujuan penciptaan kita adalah agar kita menyembahNya dan patuh dengan segala yang diperintahkanNya.Tapi di sebalik itu kita juga di tuntut untuk menjalankan misi kita di dunia ini masing-masing tanpa mengubah warna dari misi manusia lainnya.
Bukan kita akan menjadi ego dan terkesan mementingkan diri tapi itulah kenyataan yang harus kita akui bahwa kita ini punya misi beda-beda pada tiap individu.Dan tidak akan mungkin sama.Jadi sangat tidak mungkin kita ingin menjalankan misi yang di emban orang lain.

Kalau semua sama maka dunia ini akan terasa monoton dan sangat membosankan, misalnya kalau semua orang ingin menjadi pendakwah atau pejabat pemerintahan.
Apakah dengan menjadi seperti mereka kita akan merasa tenang dan bahagia?
Jelas sekali tidak.
Karena kita telah memakai pakaian yang bukan untuk kita, sedang kita sudah ada pakaian kita masing-masing.Dan lagi itu juga sudah dapat digolongkan kita ini sebagai orang yang tamak.Milik orang lain pun ingin kita miliki juga.

Kalau kita dapat menyeimbangkan kedua sisi dari diri kita itu maka hal ini tidak akan terjadi.
Mengapa?
Karena kita dapat memanfaatkan keduanya.
Sisi negatif pun bisa kita arahkan untuk membantu sisi positif itu.
Bagaimana caranya?
Misalnya:
1. Di saat kita merasa tertekan atau disudutkan yang mana membuat kita merasa tidak aman, maka sifat marah atau emosi dapat digunakan untuk melawan sehingga harga diri kita kembali.Melawan di sini bukan dengan membabi-buta tapi penuh perhitungan tentunya.
2. Di saat kita merasa di atas angin dan tak terkalahkan sehingga ada kecenderungan kita untuk sombong dan tinggi hati, maka sifat pengecut dan penuh ketakutan dapat ditimbulkan agar kita tunduk dan merasa hina dihadapanNya dan lain lain.

Bukankah indah hidup ini kalau dalam diri kita ini ada yang saling melengkapi dan mengingatkan?
Mengapa harus kita cari lagi di luar diri kita?
Dengan begitu akan sangat jelas sekali bahwa Tuhan itu Maha Adil.
Pernahkah kita terpikir akan hal itu sebelum ini?

Memang perlu waktu yang lama untuk kita dapat menyadari dan menghargai kurnia ini.
Dan dalam prosesnya sangatlah tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, semua perlu proses, perlu waktu dan perlu pengorbanan.
Mulai dari sekarang marilah kita sedikit demi sedikit memanfaatkan waktu dan usia kita untuk melakukan hal di atas.

Jangan terlalu tergesa-gesa, yang penting kita dapat mencapainya walau lambat daripada tidak sama sekali!!!!
Kalau ada yang bisa cepat silahkan tapi kalau hanya bisa lambat untuk apa berkecil hati.Yang penting kan tujuan tercapai.Ini bukan ajang lomba.Bukan efektifitas yang kita kejar tapi adalah kualitas...
Untuk apa cepat tapi tidak berkualitas?
Kita adalah diri kita yang unggul dengan segala potensi yang ada.
Ingat dan camkanlah itu.